Kisah Luar Biasa Mereka Yang Berhasil Bertahan Hidup Dari Cuaca Extreme
Minggu, 21 Oktober 2018
Ada kalanya dalam kehidupan ini rasa aman yang
biasanya kita dapat mendadak hilang. Biasanya rasa aman itu ada saat kita
berada di rumah, dan kemudian rasa itu hilang saat kita tertimpa bencana.
Karena hilangnya rasa aman itu, mau tak mau kita harus berusaha dengan berbagai
cara agar bisa tetap bertahan hidup. Bicara tentang bertahan hidup, berikut ini
ada beberapa kisah luar biasa dari mereka yang berhasil bertahan hidup dari
keadaan yang cukup ekstrem. Penasaran dengan kisah mereka? Langsung simak kisahnya
berikut ini.
Kisah bertahan hidup yang pertama datang dari
tim rugby asal Uruguay, yang pada tanggal 13 Oktober 1972 berada dalam
Penerbangan 571. Penerbangan itu membawa tim rugby beserta keluarga dan
teman-teman mereka. Total ada 45 penumpang dalam penerbangan tersebut.
Namun, nasib naas menimpa penerbangan itu,
karena pesawat yang dinaiki tim rugby tersebut jatuh di Pegunungan Andes,
Chile. Akibat kecelakaan tersebut, beberapa orang tewas, dan menyisakan 29 penumpang
selamat. Namun, masalah tak selesai sampai di situ. Karena medan yang cukup
ekstrem, yaitu pegunungan es yang dingin, satu persatu korban yang selamat pun
tak mampu bertahan hidup. Diketahui ada 8 orang tewas karena tertimbun salju,
sementara lainnya meninggal karena kedinginan. Akhirnya, hanya tersisa 16 orang
dari penerbangan tersebut.
Kengerian pun mulai dari sini. Meskipun kabar
dari jatuhnya pesawat tersebut sudah ada di berbagai media, dan pencarian sudah
dikerahkan, sayangnya pencarian itu dihentikan oleh pemerintah setelah 8 hari
pencarian, atau 11 hari sejak mereka jatuh di gunung. Pihak berwenang
menganggap semua korban pasti tidak ada yang selamat. Bisa dimaklumi, lokasi
pengunungan itu sangat sulit diakses, sementara dari udara terlihat semua
berwarna putih karena tertutup salju.
Para korban ini hanya memakai pakaian
seadanya, tidak ada makanan, dan pastinya siapapun tak bisa berpikir normal
dalam kondisi yang sedemikian rupa. Mereka hanya berpikir bagaimana caranya
untuk bisa tetap hidup. Langkah nekat pun harus dilakukan, yaitu dengan memakan
rekan mereka yang telah tewas. Langkah ini memang berat, namun harus dilakukan
jika mau hidup. Biasanya, dalam keadaan terjepit seperti itu, orang baru
mengerti betapa berharganya sebuah kehidupan.
Setelah bertahan hidup selama 72 hari,
akhirnya tim SAR pun menemukan tim rugby Uruguay yang selamat. Itupun setelah
dua orang dari korban, Nando Parrado dan Roberto Canessa, berjuang mencari
bantuan selama 12 hari menempuh jalan sulit. Penduduk setempat, Sergio Katalan,
menemukan mereka. Akhirnya, semua korban yang berjumlah 16 orang itu dibawa ke
rumah sakit Santiago dan dirawat karena menderita penyakit ketinggian,
dehidrasi, radang dingin, patah tulang, kudis dan gizi buruk.
Kisah lain dari orang yang berhasil bertahan
hidup dari keadaan ekstrem adalah kisah dari seorang pelari bernama Mauro
Prosperi. Mauro Prosperi adalah seorang atlet marathon tingkat dunia, ia
mendaftarkan diri untuk ikut dalam lomba Marathon Des Sables, lomba maraton
yang dianggap paling berat dibandingkan semua lomba maraton yang pernah ada.
Dikatakan paling berat karena arena lomba lari maraton itu berada di padang
pasir. Parahnya lagi, padang pasir yang jadi arenanya adalah Gurun Sahara,
gurun pasir terbesar di dunia.
Lomba Marathon Des Sables yang diikuti Mauro
pada tahun 1994 itu bisa jadi maraton terakhir dalam hidupnya. Pasalnya, di
tengah perlombaan, padang pasir itu dilanda badai pasir, yang tentu saja
membuat para pesertanya sulit untuk melihat, dan jadi kehilangan arah.
Gara-gara badai itu, Mauro pun terpisah dari peserta lainnya. Dia tinggal
sendirian, tanpa tahu di mana dirinya. Yang dia tahu dia ada di tengah-tengah
Gurun Sahara.
Dia akhirnya berlari 186 mil ke arah yang
salah dan malah menuju ke Aljazair. Bekal yang dibawanya hanya cukup untuk
sehari saja, meskipun ia sudah berusaha mengirit perbekalannya, namun tetap
saja habis sebelum 2 hari. Dalam keadaan haus, ia memutuskan untuk memakan
hewan apa saja yang ditemuinya dan meminum air seninya sendiri. Ia memakan
bahkan memakan ular gurun berbisa yang berhasil ditangkapnya. Dia juga memakan
kelelawar yang ditemuinya saat berteduh di puing-puing masjid tua.
Dalam kondisi tersiksa berat, dan juga
pengaruh halusinasi, Mauro pun mengambil keputusan untuk bunuh diri agar
penderitaannya segera berakhir. Ia memotong nadi pergelangan tangannya, namun
ternyata darah tidak keluar dari nadinya. Dehidrasi parah membuat darahnya
sedemikian kental sehingga menggumpal di urat nadinya.
Setelah 9 hari berada di gurun pasir yang tak
jelas arahnya, Mauro berhasil ditemukan oleh sebuah keluarga yang sedang
melakukan perjalanan melintasi padang pasir untuk pindah rumah. Mereka pun
bergegas membawa Mauro ke kamp militer di Aljazair untuk diobati.
Nasib baik dan mukzizat berpihak kepadanya,
karena nyawanya berhasil diselamatkan meskipun ia telah kehilangan berat hampir
20 kg selama tersesat. Padahal, dia sudah tersesat selama 9 hari di gurun
pasir, dan dengan perbekalan yang minim. Dalam kondisi seperti itu, mungkin
manusia lainnya sudah tak akan selamat.
Ada Blackjack adalah seorang wanita eskimo
yang dipekerjakan oleh tim penjelajah yang berlayar untuk mengekspedisi sebuah
pulau bernama Wrangel Island di kawasan Arktik yang tengah menjadi
persengketaan Kanada dan Inggris. Ada Blackjack bekerja di kapal yang dipimpin
Vilhjalmur Stefansson tersebut sebagai koki. Ia bersedia menerima pekerjaan
tersebut karena gaji yang didapat nantinya akan digunakan sebagai biaya
pengobatan anaknya.
Ternyata, persediaan makanan yang dibawa oleh
kapal tersebut hanya cukup untuk 6 bulan saja, padahal perjalanan diperkirakan
akan memakan waktu sekitar 1 tahun. Sampai di Wrangel Island total 8 kru
termasuk Ada Blackjack dilanda kelaparan karena stok makanan sudah hampir
habis.
Karena itulah, 3 dari 8 kru akhirnya
memutuskan untuk berlayar kembali untuk mencari pertolongan sementara Ada
bersama 4 kru yang lain tetap tinggal di pulau tak berpenghuni tersebut.
Sembari menunggu 3 kru tersebut kembali, Ada Blackjack harus bertahan hidup dan
turut merawat empat kru laki-laki lain yang sakit. Sayangnya, 4 orang kru yang
bersama Ada tewas karena sakit, sementara 3 kru yang tadinya berlayar untuk
mencari pertolongan tak pernah kembali. Otomatis, Ada pun tinggal sendirian.
Ada yang notabene satu-satunya wanita dalam
ekspedisi tersebut harus berjuang bertahan selama 2 tahun di pulau tersebut
sampai akhirnya datang pertolongan dari rekannya dulu di Stefansson. Ia pun
kembali dan menerima gajinya serta melanjutkan pengobatan anaknya di Seattle. Secara umum, tak mungkin orang bisa bertahan
hidup selama 2 tahun di pulau tak berpenghuni. Namun Ada berhasil melewati
semuanya, dan tetap bertahan hidup. Karena itulah, Ada dijuluki sebagai
Robinson Crusoe Wanita.
Kisah yang satu ini mungkin yang lebih banyak
dikenal dunia, karena pernah difilmkan dengan judul 127 Hours yang rilis pada
tahun 2010 lalu. Film tersebut menceritakan tentang Aron Ralston, yang terjebak
di Blue John Canyon gara-gara tangannya terjepit batu yang cukup besar. Dia
terjebak di sana selama 127 jam, dengan perbekalan makanan dan minuman yang
minim.
Berbagai cara pun dilakukan Aron agar bisa
terbebas dari sana. Mulai dari berteriak minta tolong, yang tentu saja berakhir
gagal karena tak ada orang di dekat tebing di mana dia terjebak, sampai
mengangkat batunya dengan tali. Namun, semua usahanya itu sia-sia. Akhirnya,
dia pun mengambil langkah terakhir, yang mau tak mau harus dilakukan jika mau
bebas dari sana, yaitu memotong tangannya sendiri yang terjepit di batu raksasa
itu.
Dengan menggunakan pisau multifungsi buatan
Tiongkok, Aron pun berusaha untuk memotong tangannya sendiri. Sayangnya, karena
tumpul, usahanya itu gagal. Namun, dia tak menyerah. Dia pun memutuskan untuk
mematahkan dua tulang lengan kanannya. Setelah 1 jam berjuang, akhirnya dia
bisa lepas dari sana, dan secara ajaib bisa memanjat tebingnya serta mencari
pertolongan terdekat.
Kisah Juliane Koepcke
Kisah terakhir adalah kisah dari Juliane
Koepcke, seorang warga Jerman yang kala itu berusia 17 tahun. Pada Natal tahun
1971, Juliane bersama ibunya, Maria, dan 90 orang lainnya terbang dari Lima,
Peru, dalam perjalanan mereka ke Pucallpa. Naas, pesawat tersebut tersambar
petir karena cuaca buruk, dan satu sayapnya putus. Pesawat itu langsung menuju
hutan hujan Amazon yang berada di bawahnya.
Secara ajaib, Juliane menemukan dirinya
sebagai satu-satunya yang selamat dari penerbangan LANSA 508. Juliane terluka
parah dengan tulang selangkanya patah, luka dalam kaki, dan menderita gegar
otak parah. Ketika pesawat itu hancur, gadis remaja itu masih terikat di tempat
duduknya lalu jatuh ke tanah. Setengah sadar, Juliane memanggil ibunya tetapi
tak ada suara apapun. Dia pun mencari ibunya dan penumpang lainnya, seorang
diri, di tengah hutan yang asing baginya.
Namun demikian, Juliane rupanya sudah
berpengalaman 1,5 tahun tinggal di sebuah stasiun penelitian hutan hujan. Dia
bertahan hidup dengan mengais makanan di reruntuhan pesawat tetapi hanya
menemukan sebungkus permen. Akhirnya dia pun memutuskan untuk bertahan hidup
dengan memakan ular, yang merupakan hewan yang sering ada di kawasan hutan.
Juliane menyusuri hutan tersebut selama 10
hari untuk bertahan hidup, sampai akhirnya menemukan gubuk kecil. Dia
menghabiskan malam di gubuk, dan pada siang hari dia ditemukan oleh sekelompok
penebang yang memberinya makanan, merawat lukanya, dan membawanya kembali ke
peradaban. Keesokan harinya, Juliane bisa bersatu kembali dengan ayahnya.
Sayangnya, ibu Juliane. Maria, tak selamat dari kecelakaan pesawat itu.
Diketahui Maria sempat masih hidup setelah kecelakaan, namun karena terluka
parah, dia jadi tak bisa bergerak. Maria meninggal beberapa hari kemudian
ketika masih di kursi pesawatnya.
Semoga kisah di atas bisa membuat kita jadi
lebih menghargai hidup.