Benda Aneh Tak Lazim Yang Pernah Dicuri
Sabtu, 24 November 2018
Di sebagian negara, ada yang tingkat kriminalnya sangat tinggi, sehingga banyak terjadi kejahatan seperti pembunuhan atau pencurian. Berbicara mengenai pencurian, yang dicuri pastilah benda-benda berharga seperti uang, perhiasan, atau benda-benda elektronik yang bisa dijual dengan harga mahal. Namun, pencuri-pencuri ini justru mencuri benda yang tak lazim untuk dicuri. Benda apa saja yang dicuri mereka? Berikut ini benda-benda paling aneh yang pernah dicuri.
Pencurian batu nisan ini terjadi di negara Venezuela. Venezuela saat ini memang sedang mengalami krisis ekonomi dan inflasi gila-gilaan. Akibatnya, orang yang kesulitan ekonomi pun menjadi pencuri, dan mereka akan mencuri apa saja yang bisa mereka dapatkan, termasuk batu nisan.
Kebanyakan dari mereka mengincar logam-logam yang ada di batu nisan untuk dijual kembali, namun tak jarang juga mereka justru mencuri tulang-tulang mayat yang dikubur di pemakaman itu, untuk dijual ke praktisi gaib. Tentunya, tulang-tulang itu bisa berharga mahal, dan para pencuri pun sudah pasti tergiur.
Dalam sebuah pemakaman di Venezuela, terdapat sekitar 200 ribu batu nisan. Rupanya 6 ribu di antaranya sudah dicuri, dan pasti sang pencuri akan kembali lagi untuk mencuri lebih banyak lagi. Akhirnya, pihak berwajib pemakaman tersebut mengambil langkah untuk melepas batu nisan yang ada di sana terlebih dulu sebelum dicuri. Mereka berencana untuk mengganti batu nisan itu dengan bahan plastik yang lebih murah agar tidak dicuri.
Pencurian tembaga yang terjadi di Amerika Serikat ini bikin pusing aparat keamanan. Menurut National Insurance Crime Bureau (NICB), pada tahun 2018, presentase pencurian tembaga terjadi sebanyak 98 persen dari 28 ribu industri logam selama 3 tahun terakhir. Pencurian tembaga ini terjadi akibat kenaikan harga-harga logam. Bisa dibilang, pencurian logam itu berbanding lurus dengan harganya. Jika harganya naik, maka pencurian logam akan meningkat. Begitu pula sebaliknya, jika harganya turun, maka pencurian logam juga akan menurun.
Ternyata, alasan tembaga jadi sasaran para pencuri adalah jumlahnya yang melimpah. Tembaga bisa ditemukan di rumah-rumah, di jalanan, bahkan di dalam mesin-mesin. Para pencuri akan melakukan apa pun demi bisa mencuri tembaga. Contohnya pada bulan Juni 2018, seorang pencuri tembaga mengalami nasib naas, karena dia meninggal dunia tersetrum ketika memanjat tiang lampu untuk mencuri kabel tembaganya.
Pencurian tembaga ini juga terjadi pada bulan April 2008, di mana pada saat itu yang dicuri adalah kabel tembaga yang dipakai untuk sirene. Akibatnya, sirene yang digunakan untuk memperingatkan warga Mississippi akan datangnya badai jadi tak bisa menyala. Masih banyak kasus-kasus pencurian tembaga yang terjadi di Amerika Serikat lainnya, yang tentu tak bisa disebutkan satu persatu di sini.
Pencurian vanila sepertinya sedang jadi tren di Madagaskar. Madagaskar memang dikenal sebagai penghasil vanila terbesar di dunia, dan juga merupakan penghasil vanila dengan rasa terbaik. Rupanya, harga vanila di Madagaskar ini cukup tinggi. Sebelumnya, vanila di Madagaskar ini dihargai USD 100 (sekitar Rp 15 juta), namun melonjak naik jadi sekitar USD 635 (sekitar Rp 9,5 juta) sampai akhirnya ke angka USD 530 (sekitar Rp 7,9 juta). Harga vanila yang melonjak tinggi itu adalah akibat dari kekeringan dan badai yang terjadi pada tahun 2017. Kenaikan harga vanila inilah yang membuat para pencuri menjadikan vanila sasaran. Mereka pun menyerbu kebun-kebun vanil, lengkap dengan persenjataan mereka.
Sebagai respon akan hal itu, para petani vanila juga harus mempersiapkan diri mereka dengan berbagai senjata, seperti senjata api rakitan, tombak, batu, sampai dengan tongkat pemukul. Mereka juga melakukan patroli rutin dengan kepolisian setempat. Beberapa dari petani vanila itu bahkan memutuskan untuk tidur di kebun vanila, jaga-jaga jika ada pencuri yang datang pada saat malam hari.
Para pencuri yang tertangkap oleh para petani biasanya menjadi korban main hakim sendiri, dan tewas di tangan para petani, sementara pencuri yang tertangkap polisi biasanya dijebloskan ke dalam penjara. Antara tahun 2017 dan 2018, polisi telah menangkap dan memenjarakan lebih dari 1.000 pencuri.
Awal tahun 2018, di Manhattan, Amerika Serikat, telah terjadi pencurian tempat-tempat sampah yang berada di pinggir jalan. Bahkan pencurian tempat sampah itu juga beserta isinya. Apa alasan mereka mencuri tempat sampah? Tak ada yang tahu. Memang, tempat sampah itu memiliki harga yang lumayan tinggi, yaitu USD 1.000 (sekitar Rp 15 juta), namun para pencuri itu tak akan bisa menjualnya dengan harga setinggi itu, paling tinggi diketahui mereka hanya mendapatkan USD 22 (sekitar Rp 330 ribu) dengan menjual tempat sampah tersebut.
Kejadian serupa juga terjadi di bagian lain New York sebelumnya. Hanya saja, tempat sampah yang dicuri adalah tempat sampah dengan harga yang lebih murah, yaitu USD 125 (sekitar Rp 1,8 juta). Namun para pencuri hanya bisa menjualnya seharga USD 2 (sekitar Rp 30 ribu).
Perwakilan dari Departemen Sanitasi New York menyatakan bahwa tempat sampah itu bukan dicuri, melainkan berpindah tempat ke lokasi lainnya, namun dia juga tak menyangkal bahwa ada sekitar 100 tempat sampah yang hilang.
Pencurian tempat sampah ini ternyata juga pernah terjadi di Indonesia, tepatnya di Malang pada tahun 2012. Tong sampah yang raib dicuri di Malang tersebut adalah tong sampah pemisah antara sampah basah dan sampah kering, yang terbuat dari aluminium. Akibatnya, pemerintah kota Malang menderita kerugian sebesar belasan juta rupiah. Untuk mengantisipasi pencurian tempat sampah itu, pemerintah pun mengganti tempat sampahnya dengan tempat sampah berbahan karet.
Di Tiongkok, yang menjadi masalah bukanlah pencuri barang-barang berharga, melainkan pencuri tisu toilet. Banyak laporan mengenai tisu toilet yang hilang dari toilet umum. Karena hal ini, banyak tempat-tempat wisata dan kantor tak ingin menyetok tisu toilet. Alasan mereka mencuri tisu toilet juga tidak jelas. Mungkin karena memang tak ingin keluar uang untuk memiliki tisu toilet yang banyak, maka mereka pun memutuskan untuk mencurinya saja, mengingat pencurian tisu toilet sulit untuk dilacak.
Meski demikian, ternyata pemerintah Tiongkok sudah punya solusi untuk masalah ini. Solusinya adalah membuat teknologi baru, berupa mesin pemindai wajah di toilet umum. Mesin pemindai tersebut sudah dipasang di Temple of Heaven, yang berada di kawasan Dongcheng Qu, selatan Beijing. Cara kerjanya adalah satu demi satu, pengunjung toilet harus berdiri di tempat yang sudah ditetapkan. Setelah sinar kuning dan biru selesai memindai wajah mereka, maka keluarlah lembaran tisu sepanjang 60 cm yang bisa digunakan sepuasnya selama mereka berada di toilet umum. Jika ada seorang pelanggan yang meminta tisu terus-terusan dengan jarak kurang dari sembilan menit, maka mesin itu akan menolak untuk mengeluarkan tisu toiletnya.
Pemilihan mesin pemindai wajah itu oleh pemerintah Tiongkok itu dianggap masuk akal dibandingkan mesin pemindai sidik jari, karena mesin pemindai sidik jari masih bisa diakali dengan sepuluh jari. Sebelumnya, pemerintah Tiongkok bahkan sudah menguji coba dengan mesin lain selain mesin pemindai wajah dan sidik jari, yaitu mesin pemindai dengan sensor gerakan.
Namun, mesin yang disambut baik oleh warga Tiongkok ini bukan tak memiliki kelemahan. Kelemahannya adalah sulit memindai anak kecil. Seorang ibu mengaku kalau harus bersusah payah membuat anaknya dipindai oleh mesin saat ke toilet. Walau demikian, terlepas dari kelemahan mesin tersebut, warga paling tidak bisa bernapas lega karena pencurian tisu toilet di Tiongkok bisa berkurang, dan warga tak perlu khawatir akan kehabisan tisu toilet saat berada di toilet umum.
Itulah benda-benda paling aneh dan tak lazim yang pernah dicuri. Ada-ada saja pencuri zaman sekarang.