Masih Remaja Mereka Dilatih Untuk Jadi Pembunuh Berdarah Dingin
Sabtu, 03 Agustus 2019
Mungkin hal ini memang sulit untuk dipercaya, namun faktanya, seorang pembunuh bayaran tak hanya berasal dari kalangan orang dewasa saja, namun juga remaja atau anak di bawah umur. Pembunuh remaja dikenal cukup efektif dalam membunuh target-targetnya, pasalnya, anak-anak atau remaja dianggap masih suci dan bebas dosa, sehingga tak ada yang mencurigainya. Lalu, siapa saja pembunuh yang berasal dari kalangan remaja ini? Langsung simak di bawah ini.
The Wolf Boys
The Wolf Boys adalah julukan untuk dua orang remaja pembunuh bernama Gabriel Cardona dan Rosalio Reta. Mereka berdua bekerja untuk kartel narkoba Meksiko yang bernama Los Zetas. Diketahui, Gabriel bergabung dengan kartel tersebut saat usianya masih 17 tahun. Dia pun dilatih untuk menjadi pembunuh selama bergabung dalam kartel tersebut.
Gabriel dibayar cukup mahal untuk ‘pekerjaannya’ itu. Dia menerima upah USD 500 per minggu, dan bayarannya itu naik hingga USD 10 ribu per orang yang bisa dia bunuh. Suatu ketika, dia berhasil membunuh polisi korup Meksiko di Texas, namun dia tertangkap oleh polisi. Untungnya, Gabriel bisa mengarang cerita yang meyakinkan, sehingga dia pun bebas.
Saat kembali ke Meksiko, Gabriel pun ditunjuk jadi komandan pasukan. Dia pun merekrut teman masa kecilnya, yaitu Rosalio Reta, yang pada waktu itu masih berusia 13 tahun. Meski masih tergolong sangat muda, keduanya bisa menebar teror di Meksiko dan beberapa kota di perbatasan Amerika Serikat. Rosalio bahkan lebih kejam daripada Gabriel. Rosalio pernah membunuh seorang pria di depan istri dan ketiga orang anaknya.
Akhirnya, karier The Wolf Boys pun berakhir saat Gabriel berhasil ditangkap pada tahun 2000, menyusul Rosalio tak lama kemudian. Gabriel didakwa hukuman 80 tahun penjara karena membunuh 4 orang, dan Rosalio didakwa hukuman 70 tahun penjara karena diduga membunuh 30 orang.
Leon Haynes
Leon Haynes adalah seorang remaja berusia 17 tahun yang menjadi pembunuh pada tahun 2008 di Manchester, Inggris. Dia melakukan pembunuhan itu bersama dengan rekannya, Covi Henry, yang berusia 24 tahun. Covi sendiri mengajarkan Leon segala hal yang berhubungan dengan obat-obatan terlarang.
Target yang harus mereka bunuh kala itu adalah seorang pria berusia 24 tahun yang tak diketahui namanya. Keduanya berhasil mendekati korban, namun Leon melakukan kesalahan, yaitu menarik pelatuk pistolnya terlalu cepat, sehingga yang tertembak malah leher dari Covi. Setelah itu, barulah Leon berhasil membunuh korban dengan 4 tembakan yang mengenai lengan dan perutnya.
Leon pun membawa Covi untuk dirawat, namun sayangnya, pada hari yang sama, polisi berhasil menangkap Leon dan Covi. Leon akhirnya dijatuhi hukuman penjara selama 12 tahun, sementara Covi mendapatkan hukuman 8 tahun penjara.
Sementara itu, korban yang ditembak 4 kali, secara ajaib berhasil selamat setelah melarikan diri ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan dari dokter.
Gakirah Barnes
Gakirah Barnes alias K.I. adalah seorang remaja putri yang telah menjadi seorang pembunuh saat usianya masih 14 tahun. Diketahui dia juga sempat membunuh satu orang lagi, sampai akhirnya dia sendiri juga terbunuh pada tahun 2014. Diketahui, dia membunuh dua orang itu untuk membalaskan dendam dua teman gengnya yang terbunuh.
Gakirah sendiri merupakan anggota geng bernama Fly Boy, dan Fly Boy sendiri terlibat perang antar geng, antara Tookaville melawan O’Block.
Tanggal 11 April 2014, Gakirah sedang berada di suatu jalanan, namun tiba-tiba muncul seorang tak dikenal yang mengenakan jaket hoodie yang menutupi wajahnya, dan menembaknya dengan jarak dekat. Dia pun tewas dengan 9 luka tembak di bagian dada, leher dan rahangnya. Saat itu, umur Gakirah masih berusia 17 tahun. Selama masa hidupnya, Gakirah terkenal suka membanggakan kejahatannya, mengancam geng-geng lain, dan mengucapkan duka cita atas meninggalnya teman gengnya di media sosial.
Nama Gakirah juga sempat disebut dalam salah satu video musik rap. Dalam video musik itu, Gakirah disebut dengan nama “young killa” atau pembunuh muda. Sama seperti tradisi Gakirah, teman-teman gengnya pun mengucapkan duka cita untuk Gakirah di media sosial dengan mengunggah fotonya yang sedang memegang pistol, dan juga foto lainnya yang memperlihatkan Gakirah menutupi wajahnya dengan bandana.
Moses Mathias
Pada tanggal 11 Mei 2009, seorang pria bernama Giuseppe Gregory ditembak di depan sebuah pub di Stretford, Greater Manchester, Inggris. Setelah melalui proses investigasi, polisi pun mencurigai seorang remaja berusia 15 tahun dengan nama Moses Mathias. Moses sendiri masih buron dan dalam pengejaran polisi. Sambil mencari di mana Mathias berada, polisi menangkap dua orang bernama Njabulo Ndlovu dan Hiruy Zerihun yang diketahui terlibat dalam pembunuhan itu. Njabulo dihukum 21 tahun penjara, sementara Hiruy dihukum 23 tahun penjara.
Moses kemudian berhasil ditangkap 2 tahun kemudian. Diduga, Moses, dua rekan Moses, dan korban saat itu terlibat perang antar geng. Menurut polisi, mereka bertiga membunuh Giuseppe untuk membalaskan dendam rekan mereka yang terbunuh, yaitu Louis Brathwaite. Louis sendiri adalah remaja berusia 16 tahun, yang terbunuh pada bulan Januari 2008. Moses menyangkal tuduhan tersebut, dan mengaku bahwa dia hanya ingin merampok pub saja, namun dia tak sengaja menembak Giuseppe. Moses pun dihukum penjara seumur hidup.
Moses diketahui sudah berada di dalam dunia kriminal sejak usianya masih 12 tahun. Saat usianya beranjak 13 tahun, dia mulai tergabung dalam sebuah geng kriminal. Kemudian, saat usianya 15 tahun, dia melakukan pembunuhan pertamanya, seperti yang sudah dijabarkan di atas.
Secara mengejutkan, pada tahun 2012, Moses sempat mengupdate status Facebook-nya. Saat itu dia menggunakan nama samaran, dan memakai ponsel selundupan. Statusnya saat itu mengatakan tentang kehidupan penjara yang membosankan. Dia juga sempat mengunggah foto bajunya, jam tangannya, dan apa yang dia kerjakan saat itu. Dia pun kemudian dipindahkan ke sel khusus, dan akun Facebooknya dihapus.
Maria Celeste Mendoza dan Isela Sandoval
Keduanya adalah remaja putri berusia 16 tahun, dan mereka masih punya hubungan dengan kartel Los Zetas, yang sudah disebutkan dalam poin pertama. Mereka berdua ditangkap pada tahun 2011. Namun anehnya, mereka berdua mengaku tak pernah membunuh orang, dan mendapatkan senjata api dari kartel tempat mereka berada. Maria juga mengaku dia mendapatkan bayaran sebesar 12 ribu Peso per minggunya.
Pihak berwenang Meksiko dibuat terkejut dengan penangkapan tersebut. Pasalnya, yang mereka tahu kartel Los Zetas hanya mempekerjakan remaja putra dan pria dewasa untuk menjadi pembunuh bayaran. Namun fakta di lapangan, menunjukkan bahwa mereka juga mempekerjakan remaja putri. Kebanyakan orang yang direkrut dalam kartel narkoba Meksiko memang berasal dari remaja, yang putus sekolah dan diajak bergabung dengan iming-iming uang.
Menurut data dari Network for the Rights of Children di Meksiko, sebanyak 30 ribu orang remaja bekerja di grup kriminal di Meksiko, dan masih banyak lagi remaja yang akan bergabung ke grup kriminal itu. Sayangnya, sebagian besar dari mereka tak akan bertahan di grup kriminal itu lebih dari 4 tahun, sebelum mereka akhirnya terbunuh.
Itulah para remaja yang menjadi pembunuh meski usianya masih muda. Kebanyakan dari mereka berakhir di penjara, atau lebih buruk lagi, berakhir di pemakaman, karena dunia yang mereka geluti memang seperti itu, penuh dengan kekerasan dan darah. Semoga anak-anak kita nantinya tak seperti mereka, yang justru berada di dalam dunia kriminal.